Mahasiswa Bahagia

  • 11:16 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Yessy Kurniati, SKM, M.Kes

Dosen peminatan PKIP

Pandemi Covid 19 menyebabkan kampus ditutup. Proses pembelajaran tidak dapat dilangsungkan di kelas. Mahasiswa harus mengikuti kegiatan pembelajaran secara daring.  Suasana yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jika kegiatan pembelajaran normal saja begitu berat untuk dijalani, apalagi kini dengan proses online. Tentunya dibutuhkan energy untuk melakukan adaptasi. Setiap perubahan pasti menimbulkan ketidaknyamanan

Pembelajaran online membutuhkan sarana dan prasarana penunjang. Seperti handphone, laptop dan jaringan internet yang stabil. Bagi mahasiswa yang memiliki akses yang baik terhadap sarana dan prasarana tersebut, pembelajaran online mungkin tidak terlalu memberatkan. Namun bagi mahasiswa yang berada di daerah dengan sinyal internet yang sulit serta ekonomi yang terbatas, pembelajaran online terasa begitu berat untuk dijalani. Banyak cerita dari mereka yang tinggal di daerah pelosok, bahwa mereka harus mendakit bukit yang cukup tinggi ataupun memanjat pohon hingga ke pucuk, sekedar mendapatkan jaringan internet yang stabil

Kami pernah melakukan sebuah survey secara online. Tentang bagaimana kesehatan mental mahasiswa di masa pandemi ini. Hasilnya sungguh menyedihkan, karena kami menemukan kejadian depresi yang cukup tinggi di kalangan mahasiswa. Ketika kami melanjutkan hasil penelitian tersebut dengan wawancara mendalam pada beberapa individu, kami juga menemukan fakta yang mengiris hati. Mahasiswa kami mengeluhkan repotnya melakukan pembelajaran secara daring. Utamanya  bagi mereka yang harus melakukan praktek sendiri dari rumah. Proses pembuatan dan dokumentasi kegiatan praktikum menyita sebagian besar waktu mereka. Sehingga membuat mereka merasa stress dan tertekan. Belum lagi masalah ekonomi keluarga dan beban yang bertambah karena anggaran kuota yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran daring

Melihat kenyataan tersebut, kami merasa harus berbuat sesuatu. Kami akhirnya menggagas sebuah kegiatan yang disebut program “Mahasiswa Bahagia”. Program ini adalah sebuah kuliah lewat grup WhatsApp bagi mahasiswa di fakultas kami. Kami mengundang beberapa pemateri dengan latar belakang yang berbeda. Dengan tujuan memberikan semua aspek penguatan yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menjaga kesehatan mental mereka. Kelas ini membahas kesehatan mental dari aspek psikologi, kesehatan, gizi, komunikasi, spiritual, keuangan dan interaksi sosial. Pemateri berasal dari dosen kesehatan masyarakat, komunikasi, hubungan internasional,  akuntansi dan mubaligh. Kelas ini diikuti oleh 250 peserta. Setelah pemateri menyampaikan kuliahnya, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta sangat antusia mengikuti kegiatan ini, meski hanya dilangsungkan melalui grup WhatssApp.

Pesan yang disampaikan pada kelas tersebut adalah mahasiswa harus tetap bertahan menghadapi segala kesulitan di masa pandemi ini. Mereka harus belajar beradaptasi. Mereka harus percaya, bahwa apa yang terjadi kini adalah bagian dari Takdir Tuhan yang harus dijalani dengan usaha dan  tawakkal yang paripurna. Memang tidak mudah. Tapi mahasiswa harus berusaha menghadapinya. Mahasiswa diharapkan melakukan manajemen diri yang baik . Mereka harus belajar mengatur tugas-tugas dengan skala prioritas, agar tidak tertekan dengan banyaknya tugas yang harus diselesaikan. Mereka juga perlu menyaring dan membatasi diri dari informasi hoaks terkait dengan wabah covid 19. Mereka diharapkan tetap terhubung dengan keluarga, sanak saudara maupun teman meski tidak bertemu secara langsung. Mereka diarahkan untuk mengatur kembali perencanaan keuangan dengan membuat prioritas bagi pengadaan kuota belajar. Mereka harus saling mendukung dan menguatkan. Akhirnya, mereka diajarkan untuk selalu berserah kepada Yang Maha Kuasa.

Kami berharap bahwa kegiatan yang kami lakukan bisa memberi penguatan kepada mahasiswa. Kami ingin mereka menjadi sosok-sosok yang tangguh. Tidak mudah depresi ataupun putus asa dalam mengahadapi pandemi ini. Kami berharap mahasiswa menjadikan pandemi  dan proses pembelajaran daring ini sebagai sebuah kesempatan. Kesempatan untuk mengasah diri dan mengeluarkan semua potensi yang mereka miliki.. Mereka mungkin akan menghadapi keadaan yang lebih sulit di masa depan. Karena itu, mereka harus berlatih dari sekarang

Kita tidak dapat mengatur tentang hal-hal yang terjadi dalam hidup kita, tapi kita dapat menentukan bagaimana respon kita terhadapnya. Dari pada mengutuk kegelapan, lebih baik berusaha menyalakan lentera. Kita harus percaya, bahwa  pelaut tangguh selalunya lahir dari laut yang berbadai. Karena, setiap kesulitan yang tidak membunuh, akan membuat kita bertambah kuat.