PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO Perencanaan Kesehatan adalah suatu ketelitian, suatu interpretasi yang cermat serta suatu upaya pengembangan pelayanan kesehatan yang teratur yang dilaksanakan atas dasar pemanfaatan seluruh ilmu pengetahuan modern serta pengalaman yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga terpenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat berdasarkan sumber-sumber yang tersedia. Perencanaan kesehatan merupakan suatu proses yang terdiri dari langkah langkah yang berkesinambungan artinya suatu langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah sebelumnya terlaksana.
Adapun tahap-tahap dalam perencanaan-evaluasi yaitu:
1. Analisis situasi
2. Identifikasi masalah
3. Prioritas masalah
4. Penentuan Tujuan umum (goal) dan Tujuan Khusus (objektives)
5. Penentuan alternatif pemecahan masalah
6. Prioritas alternatif pemecahan masalah (decision making)
7. POA dan budgeting
8. Organizing (Uraian tugas dan beban kerja)
9. Actuating
10. Monitoring
11. Evaluasi
Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa "Kesehatan Sekolah" diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi - tingginya sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Di dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.2269/Menkes/Per/ X/2011 telah diatur tentang pedoman penyelenggaraan PHBS di berbagai tatanan termasuk diinstitusi Pendidikan (Karbito & Yessiana, 2021)
Kesehatan merupakan kondisi dimana kita berada jauh atau terbebas dari penyakit. Kesehatan menjadi salah satu faktor penting dalam upaya pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM), termasuk pendidikan. Oleh karena itu, menjadi hal yang wajar jika penjaminan kesehatan di Indonesia juga tertuang dalam UUD 1945 pasal 28H dan dijabarkan dalam UU RI No. 9 tahun 1960. Ada beberapa masalah kesehatan anak usia sekolah yang kemungkinan bisa disebabkan oleh PHBS tatanan sekolah yang kurang baik. Berdasarkan Hasil Riskesdas
Nasional (2018) diketahui bahwa prevalensi diare pada usia sekolah 5 - 14 tahun adalah 14,8%, perilaku mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir hanya 43,0% pada usia 10-14 tahun. Dilaporkan juga bahwa 1,8% anak mulai merokok pada anak 10 - 14 tahun. Selain itu, persentase menyikat gigi setiap hari pada kelompok umur 10 - 14 tahun adalah sebesar
97,07%, namun yang berperilaku benar menyikat gigi hanya 2,8% (Karbito & Yessiana,2021).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. PHBS di Sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah yang diharapkan dapat menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat di lingkungan Pendidikan. PHBS juga merupakan pondasi dari perilaku kesehatan yang bisa diraih oleh siswa. Oleh karena itu, harus dipromosikan program kesehatan sekolah terkait kebersihan diri dan sanitasi lingkungan untuk mencegah penyakit di lingkungan sekolah. Proses belajar mengajar harus mengedepankan pendidikan kesehatan PHBS agar siswa mampu mandiri dalam mempraktikkan kesehatan dasar melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler
yang sesuai (Asep Fithri Hilman, Atin Karjatin, 2022).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi lingkungan di sekolah?
2. Bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan kesadaran siswa melalui programprogram yang ada?
3. Bagaimana pengaruh kebersihan lingkungan sekolah terhadap kesehatan dan kenyamanan siswa ?
4. Apa kah tersedia fasilitas kesehatan di sekolah ?5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan di lingkungan sekolah ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan di sekolah
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan kesadaran siswa melalui program-program yang ada
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebersihan lingkungan sekolah terhadap kesehatan dan kenyamanan siswa
4. Untuk mengetahui ketersedia fasilitas kesehatan di sekolah
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan di lingkungan sekolah.
METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif, pengambilan data primer menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Analisis prioritas
masalah menggunakan metode USG dan penentuan prioritas program menggunakan metode delbeq. Instrumen yang digunakan adalah lembaran pernyataan persetujuan partisipasi,
pertanyaan wawancara dan rekaman saat melakukan wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
1. Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terdapat beberapa permasalahan di MI GUPPI BORONG PA’LA’LA seperti, sampah, kantin (makanan berisiko), UKS, penyediaan sabun cuci tangan, dan pencahayaan. Dan menjadi fokus kami yaitu pada permasalahan sampah, mengapa demikian karena, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 2 responden yang menjadi perwakilan, kami mendapatkan informasi mengenai pengelolaan sampah dimana responden mengatakan bahwa sampah tidak dikategorikan karena hilangnya stiker pada tempat sampah yang membedakan sampahsampah tersebut dan tidak ada pengangkut sampah yang datang kesekolah mengambil sampah untuk dibuang ke TPA. Sehingga sampah tersebut dkumpulkan dan nantinya akan dibakar dan masih terdapat sampah yang berserakan dimana-mana.
2. Wawancara
Dilakukan wawancara mendalam dengan memilih sampel berdasarkan metode purposive sampling dengan 3 informan utama yaitu : Informan Kunci (Kepala Sekolah MI Guppi Pa’La’La), Informan Utama (Siswa MI Guppi Pa’La’La) dan Informan pendukung (penanggung jawab UKS).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah MI Guppi Borong Pa’La’La bapak Salli, S. Ag
Apakah di sekolah memiliki UKS
”Iya UKS ada, kadang dimanfaatkan. Jadi kalau ada yang sakit wali kelas nya yang bertugas merawat”
Apakah terdapat kotak P3K di dalam UKS
“Iya ada kotk P3K tapi minyak gosokji kayaknya isinya”
Pernahkah tenaga Puskesmas datang ke sekolah memberi penyuluhan mengenai kesehatan atau melakukan pemeriksaan rutin kepada siswa
“Iya rutin ada pemeriksaan begitu”
Apakah ada tempat/lokasi/ruangan khusus untuk merokok
“Tidak ada guru yang merokok disini, jadi tidak adaji ruangan khusus untuk merokok”
Apakah ditemukan tanda dilarang merokok di lingkungan sekolah seperti di gerbang pintu masuk, pos satpam, kantin, ruang kelas, ruang guru, halaman sekolah, WC,
perpustakaan, tempat parkir, lapangan olahraga tempat ibadah
“Iya ada pernah didepan kelas, dulu pernah disetiap kelas tapi anak-anak kalau mainmain dia cabut itu”
Apakah ditemukan puntung rokok di dalam lingkungan sekolah? (termasuk sudut ruangan dan pot bunga di pojok sekolah)
“Tidak ada, kecuali biasa ada tamu dan mereka merokok”
Apakah tersedia air, sabun dan alat pembersih di sekitar jamban
“Awalnya itu ada, tapi sebentar kalo ada disiapkan maka setiap kali itu anak-anak mencuci tangan jadi cepat habis biasanya dimain-mainiji saja itu sabun”
Apakah jamban sering di bersihkan
“Iya biasa anak-anak yang membersihkan itu"
Apakah warga sekolah rutin memeriksa jentik di sekitar sekolah
“Biasanya kalau ada air tergenang kita buang langsung, tapi ini barusan yang kolam rencana mau dibersihkan tapi belum sempat ini”
Apakah fasilitas tempat cuci tangan dan sabun di sediakan oleh sekolah
“Iya disediakan tapi ini sabunnya lagi tidak ada karena kemarin sudah disiapkan tapi na pake main-main lagi, ituji kelemahannya karena kapan kita sediakan sabun disitu di pakai main-main lagi, kalau wali kelasnya tidak langsung simpan itu langsung habis dalam sehari”
Apakah siswa sudah mengimplementasikan cara cuci tangan yang benar
“Iya di implementasikan cara mencuci tangan yang benar karena disediakan beberapa tempat cuci tangan, kadang-kadang dipantau sama guru mereka implementasikan itu”
Apakah kantin sekolah di perbolehkan dibuka selama pembelajaran
“Iya tetap terbuka tapi saya sampaikan jangan dilayani kalau jam belajar supaya proses belajar itu sesuai dengan yang diharapkan”
Masih ada warga sekolah yang membuang sampah sembarangan
“Ya ada sebagian sudah patuh dan sebagian juga masih belum. Ya namanya anak-anak jadi pembelajaran yang kita berikan itu disampaikan ke wali kelas nya untuk membuang sampah ditempatnya supaya jadi kebiasaan”
Apakah di lingkungan sekolah sudah tersedia tempat sampah terpilah
“Iya itu semua sudah ada tapikan kondisi kemarin itu rata-rata kering sampahnya, ini semua kelas disini semuanya sudah punya tempat sampah terpilah tapi sekarang sudah tidak lagi dipasang karena rata-rata sampah keringji”
Apakah pihak sekolah telah memastikan bahwa makanan dan minuman yang dijual di kantin memiliki kandungan gizi dan menyehatkan bagi peserta didik
“Yang mengandung mudharat itu saya tegur langsung, kayak minuman-minuman sprite itu yang diminum pagi-pagi saya larang yang ada zat kimianya itu saya larang, saya sampaikan juga ke ibu kantinnya kalau ada yang tidak sesuai”.
Apakah makanan yang dijual di kantin sekolah, tempat makanannya menggunakan wadah yang tertutup
“Iya dia pake yang tertutup, ada memang tempat-tempatnya yang tertutup”
Tempat Pembuangan Akhir sampah di bakar, didaur ulang kembali atau di angkut petugas sampah
“Tidak ada petugas sampah, jadi sampah disini masih dibakar langsung”
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pemilik kantin yaitu ibu Hj. Arni
Apakah pihak sekolah telah memastikan bahwa makanan dan minuman yang dijual di kantin memiliki kandungan gizi dan menyehatkan bagi peserta didik?
"Tidak pernah kesini guru-gurunya nak, tapi ini yang dijual sesuai dengan kemauannya anak-anak, sesuai yang nasukaji. Nda harusji juga ada gizinya yang penting nasuka dan laku"
Apakah kantin sekolah diperbolehkan dibuka selama pembelajaran?
"Iye nak buka terus ini dari jam 7 sampai isya lagi karena banyak anak-anak main di lapangan sampai malam juga biasa"
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok kami mengenai kondisi kantin yaitu memang tidak ada tempat sampah yang disediakan sehingga sampah berserakan, makanan yang dijual pun tidak sehat seperti gorengan yang tidak memiliki penutup sehingga lalat mudah hinggap, kerupuk kemasan, mie siram dengan wadah yang terbuat dari plastik/gelas aqua yang dan dibiarkan terbuka dalam waktu lama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kaharuddin, S.Pd sebagai penanggung jawab UKS taitu
Apakah di sekolah memiliki UKS?
"Ada tapi untuk tahun ini dipakai menjadi kelas karena banyak siswa"
Apakah terdapat kotak P3K di dalam UKS?
"Ada di dalam itu dua kotak, satu dari sekolah, satu dari mahasiswa juga kemarin yang kasih, ada juga obat-obatannya"
Pernahkah tenaga Puskesmas datang ke sekolah memberi penyuluhan mengenai kesehatan atau melakukan pemeriksaan rutin kepada siswa?
"Pernah dek, seperti mengukur itu. Jadi puskesmas rutin hampir setiap satu kali sebulan. Berjenjang biasanya kelas 1 dlu baru kelas 2 baru kelas lainnya. Biasanya juga ada materi, gosok gigi kah, semacamnya"
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh kelompok kami yaitu melihat kondisi ruangan UKS sementara sangat tidak layak pakai, karena didalamnya kotor, tidak terawat, dan kotak P3K yang berisi obat-obatan sudah expired.
Berdasarkan hasil wawancara dengan AR dan MARS sebagai perwakilan kelas 6 yaitu
Apakah fasilitas tempat cuci tangan dan sabun di sediakan oleh sekolah
“Iya tersedia, biasa dipakai untuk cuci tangan dan ada terusji airnya tapi jarang ada sabunnya”
Apakah siswa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
“Biasa mencuci tangan biasa tidak”
Apakah siswa sudah mengimplementasikan cara cuci tangan yang benar“Siswa menjawab iya akan tetapi ketika diberikan kesempatan untuk mempraktekkan urutan cuci tangan belum tepat”
B. Pembahasan
1. Sampah
Dalam Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke tempat sampah. Masalah sampah di sekolah dapat juga menimbulkan pencemaran yang akan merusak lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang rusak dapat menjadi sumber penularan penyakit, mengganggu estetika, serta menurunkan tingkat kenyamanan dan pada akhirnya mengganggu berjalanya proses belajar mengajar.
2. Kantin Sekolah
Kantin adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan pengunjungnya untuk makan, baik makanan yang dibawa sendiri maupun yang dibeli di sana. Kantin sendiri harus mengikuti prosedur tentang cara mengolah dan menjaga kebersihan kantin. Kantin sehat sekolah adalah suatu fasilitas atau unit kegiatan di sekolah yang memberi layanan pendukung bagi kesehatan warga sekolah. Kantin sehat harus dapat menyediakan makanan utama dan makanan ringan yang menyehatkan, yaitu bergizi, higienis, dan aman dikonsumsi oleh peserta didik dan warga sekolah lainnya.Kantin sehat membantu memperkenalkan siswa pada makanan sehat. Mereka dapat belajar memilih opsi makanan yang lebih baik bagi tubuh mereka. Dengan makan makanan bergizi, siswa memiliki energi lebih untuk belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas sekolah. Jajanan yang sehat, aman dan bergizi untuk anak sekolah berdampak besar bagi kesehatan dan kecerdasan anak di masa depan. Oleh karena itu, di kantin sekolah perlu diterapkan pentingnya perilaku bersih dan sehat dalam hal jajanan.
3. Ruangan UKS
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah,serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. UKS juga sebagai ruang kesehatan yang dikunjungi oleh siswa yang sakit, namun ruang UKS/M juga menjadi ruang pusat informasi kesehatan.
4. Sabun Cuci Tangan
Sabun cuci tangan atau sabun cair pembersih tangan merupakan sabun untuk pembersih dibuat menggunakan proses saponifikasi menggunakan penambahan zat lain ataupun tanpa penambahan zat lain yang tidak menimbulkan iritasi kulit tangan. Sabun cuci tangan diformulasikan untuk membantu membersihkan tangan dari kotoran dan kuman. Mencuci tangan dengan sabun dan air lebih efektif untuk menghilangkan bakteri yang berpotensi berasal dari feses, ketimbang mencuci tangan dengan air saja. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan sabun adalah setelah kita bersentuhan dengan hewan, manusia, benda atau permukaan yang berpotensi mengandung kuman.
5. Pencahayaan
Pencahayaan atau iluminasi adalah penggunaan cahaya yang disengaja untuk mencapai efek praktis atau estetika. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan sebuah ruang. Sekolah yang baik seharusnya didesain sehingga dapat meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar. Standar pencahayaan ruang kelas di Indonesia adalah 250-300 lux.
C. Analisis Prioritas Masalah
Metode penelitian yang digunakan dalam penyampaian masalah adalah metode USG (Urgency, Seriousness,Growth) untuk menghasilkan perioritas masalah. Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi kita tidak terlepas dari pentingnya sebuah perencanaan, salah satu aspek perncanaan sebagai langkah yang pertama adalah menentukan prioritas masalah (problem priority). Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses perumusan masalah, dalam menentukan prioritas masalah ada beberapa metode yang dapat digunakan. Dalam istilah urgency, seriousness and growth yang artinya adalah:
1. Urgency adalah tingkat kegawatan masalah, berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Seriousness adalah tingkat keseriusan sebuah masalah, berkaitan dengan dampak dari adanya masalah yang akan terjadi kita tidak segera di atasi.
3. Growth adalah berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat masalah tersebut berkembang, maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya.
Berdasarkan penentuan priorities yang dilakukan, sampah dan ketersediaan UKS menjadi prioritas masalah yang paling urgent untuk di tangani karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan akibat sampah yang berserakan dan tidak tersedianya UKS sebagai tempat/pertolongan pertama kepada siswa siswi yang sakit. Di tingkat keseriusan, sampah dan kantin menjadi masalah yang serius untuk d pecahkan krna akan menimbulkan permasalah² lain jika tidak segera di tangani. Kantin yang tidak menyediakan makanan sehat, tidak menutup makanan dan banyaknya sampah di sekitar kantin yang dapat memicu ternyadinya penyebaran penyakit yang ada di lingkungan sekolah. Pencahayaan yang buruk akan berdampak negatif pada proses pembelajaran, Pencahayaan yang kurang dapat membuat siswa merasa malas dan kurang fokus dalam belajar. Selain itu, pencahayaan yang tidak memadai juga dapat
mempengaruhi kenyamanan siswa dan guru dalam ruang kelas. Tidak tersedianya sabun cuci tangan karena kurangnya kepedulian dari masyarakat sekolah untuk menggunakan sabun sesuai dengan kebutuhan. Masalah ini dapat berkembang pesat jika tidak segera di tangani.
E. Perencanaan Solusi
1. Gerakan ASA (Ada Sampah Ambil)
Kegiatan grenschool ini diawali dengan Pelaksanaan Edukasi Pengurangan Sampah Plastik (EPSP) atau sosialisasi kepada seluruh warga sekolah, penjual jajan, kantin bahkan orangtua harapannya dengan sosialisasi ini, Gerakan ASA ini tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah akan tetapi dilakukan sebagai agenda rutin setiap rabu pagi oleh siswa-siswi
dengan membawa kantung kresek dan didampingi guru untuk melaksanakan Gerakan ASA di lingkungan sekitar sekolah maupun rumah-rumah warga sekitar
2. Gerakan Diet Plastik
Gerakan diet plastik bertujuan untuk membuat masyarakat sadar adanya bahaya yang mengancam dibalik penggunaan plastik yang tidak terkontrol. Gerakan diet plastik adalah sebuah gerakan kepedulian lingkungan yang menawarkan gaya hidup ramah lingkungan. Gerakan diet plastik berhubungan dengan perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih peduli
terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu bentuk gerakan tersebut adalah membawa botol minum sendiri, tidak lagi menggunakan alat makan plastik sekali pakai, tidak lagi menggunakan sedotan plastik sekali pakai dan membawa kantong plastik sendiri pada saat belanja.Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara mengurangi sampah plastik, melakukan 3R (reduce, reuse, recycle), membawa botol air minum sendiri, serta membawa tempat makan sebagai pengganti kantung plastic (Rachman et al., 2021).
3. Gerakan Menabung Sampah
Bank sampah merupakan suatu wadah dimana merupakan pengumpulan sampah yang telah di pilah berdasarkan jenisnya, yang selanjutnya akan di transfer ke tempat sampah yang dapat didaur ulang untuk dijadikan kerajinan tangan atau ke orang yang mengepul sampah. Bank sampah dijalankan oleh sukarelawan dengan menggunakan sistemlayaknya di bank komersial. Penduduk di sekitar merupakan penyetor dan menerima buku tabungan. Sejarah berdirinya bank sampah dikarenakan adanya kepedulian masyarakat dengan lingkungan hidup tempat mereka tinggal yang semakin lama semakin penuh dengan sampah yang akan menyebabkan berbagai masalah. Oleh karena itu bank sampah memiliki harapan dapat meringankan beban Pemerintah dalam mengurangi volume sampah dan dapat memperbaiki ekonomi warga Indonesia. Sampah yang dapat ditabung adalah semua jenis sampah baik itu sampah plastik, kardus, kertas, botol bekas (Asyura et al., 2023).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perencanaan kesehatan merupakan suatu proses yang terdiri dari langkah langkah yang berkesinambungan (SEQUENTIAL); artinya suatu langkah tidak dapat dilakukan sebelum
langkah sebelumnya terlaksana. Tahap-tahap dalam perencanaan-evaluasi yaitu: Analisis situasi,Identifikasi masalah,Prioritas masalah,Penentuan Tujuan umum (goal) dan Tujuan
Khusus (objektives),Penentuan alternatif pemecahan masalah,Prioritas alternatif pemecahan masalah (decision making),POA dan budgeting,Organizing (Uraian tugas dan
beban kerja),Actuating,Monitoring,Evaluasi.
2. Kesehatan merupakan kondisi dimana kita berada jauh atau terbebas dari penyakit. Kesehatan menjadi salah satu faktor penting dalam upaya pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM), termasuk pendidikan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. PHBS di Sekolah merupakan salah satu upaya
pemerintah yang diharapkan dapat menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat di lingkungan Pendidikan. PHBS juga merupakan pondasi dari perilaku
kesehatan yang bisa diraih oleh siswa.
3. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif, pengambilan data primer menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Analisis prioritas
masalah menggunakan metode USG dan penentuan prioritas program menggunakan metode delbeq. Instrumen yang digunakan adalah lembaran pernyataan persetujuan partisipasi, pertanyaan wawancara dan rekaman saat melakukan wawancara. Dimana wawancara mendalam dengan memilih sampel berdasarkan meode purposive sampling
dengan 3 informan utama yaitu : Informan Kunci (Kepala Sekolah MI Guppi Pa’La’La), Informan Utama (Siswa MI Guppi Pa’La’La) Dan Informan pendukung (penanggung
jawab UKS).UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke tempat sampah. Masalah sampah di sekolah dapat juga menimbulkan pencemaran yang akan merusak lingkungan sekolah,dapat menjadi sumber penularan penyakit, mengganggu estetika, serta menurunkan tingkat kenyamanan dan pada akhirnya mengganggu berjalanya proses belajar mengajar.
4. Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terdapat beberapa permasalahan di MI GUPPI BORONG PA’LA’LA seperti, sampah, kantin (makanan berisiko), UKS, penyediaan sabun cuci tangan, dan pencahayaan. Dan menjadi fokus kami yaitu pada permasalahan sampah karena, penentuan prioritas masalah dengan metode USG sampah menjadi prioritas masalah yang paling urgent untuk di tangani karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan akibat sampang yang berserakan sampah menjadi masalah yang serius untuk di pecahkan karna akan menimbulkan permasalah² lain jika tidak segera di tangani.
5. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 2 responden yang menjadi perwakilan, kami mendapatkan informasi megenai pengelolaan sampah dimana responden
mengatakan bahwa sampah tidak dikategorikan karena hilangnya stiker pada tempat sampah yang membedakan sampah-sampah tersebut dan tidak ada pengangkut sampah yang datang kesekolah mengambil sampah untuk dibuang ke TPA. Sehingga sampah tersebut dikumpulkan dan nantinya akan dibakar dan masih terdapat sampah yang berserakan dimana-mana. Hingga Penyebab permasalahn ini karena Siswa membuang sampah sembarangan serta Tidak adanya aturan tertulis dan sanksi yang diberikan kepada warga sekolah yang membuang sampah sembarangan.
6. Alternatif solusi yang akmi terapkan yaitu dengan Gerakan ASA (Ada Sampah Ambil), Gerakan Diet Plastik, Gerakan Menabung Sampah. Adapun Social Ecological Framework dari indikator permasalahn sampah tersebut, yaitu; Kurangnya kesadaran siswa untuk membuang sampah pada tempatnya, Tidak adanya sanksi ataau aturan tegas dari sekolah untuk larangan membuang sampah sembarangan atau larangan membawa kemasan plastic masuk ke area sekolah, Pihak guru tidak mengapresiasi dan tidak mengingatkan siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terdapat beberapa saran yang terkait dengan permasalahan sampah:
1. Sosialisasi dan pembinaan terkait pengelolaan sampah khususnya sampah organik hendaknya diadakan secara berkala agar persepsi, sikap dan pengetahuan siswa akan lebih baik lagi sehingga pengelolaan sampah tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah anorganik tetapi sampah organik dapat ikut terkelola dengan baik.
2. Mendorong peran serta warga sekolah seperti guru, tenaga pendidik dan karyawan kantin agar pengelolaan sampah di sekolah dapat berjalan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Fithri Hilman, Atin Karjatin, F. S. L. (2022). Tentang PHBS Melalui Media Ular Tangga yang Increasing Knowledge of Elementary Student about PHBS Through
Modified. 14(1), 9–15.
Asyura, F., Safrizan, S., & Rafni, R. (2023). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Minat Masyarakat Menabung Pada Bank Sampah di Kota Banda Aceh. Journal of Healthcare Technology
9(2), 1122–1131. https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/3365
https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/viewFile/3365/1658
Karbito, & Yessiana. (2021). Evaluasi Pelaksanaan Program Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Sekolah pada Siswa Sekolah Dasar Kabupaten Lampung Timur Tahun 2020. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2(April), 1–11. http://jurnal.umitra.ac.id/index.php/jikmi/article/view/599
Rachman, H., Ujang, S., Yuliati, & Noor, L. (2021). Green Consumer Behavior Masyarakat Kota Bogor dalam Tata Laksana Sampah Plastik. IPB University. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106847
Oleh: Tria & PKIP 2021