Abstrak Nomophobia, semakin meluas seiring dengan perkembangan teknologi advanced, terutama di kalangan mahasiswa, yang menghadapi tekanan akademik dan sosial yang tinggi. Penggunaan smartphone yang tidak terkendali dapat menambah kecemasan yang akhirnya memperburuk keadaan emosional dan kesehatan mental mereka. Hal ini menjadi masalah signifikan yang perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan menggali sejauh mana mahasiswa di jurusan tersebut mengalami ketergantungan berlebihan terhadap ponsel, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan kejadian Nomophobia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 196 responden di Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar, mayoritas berusia 17 hingga 20 tahun (75%) dan didominasi oleh perempuan (85,2%). Sebagian besar responden (76%) melaporkan mengalami Nomophobia, yaitu kecemasan atau ketergantungan terhadap ponsel, sementara 24% lainnya tidak mengalami kondisi ini. Berdasarkan angkatan, mahasiswa angkatan 2024 memiliki prevalensi Nomophobia tertinggi. Durasi penggunaan smartphone yang paling banyak adalah antara 7 hingga 10 jam per hari (47,4%), dengan media sosial menjadi fitur yang paling sering digunakan (85,2%), di mana WhatsApp (36,2%) dan Instagram (27%) adalah aplikasi yang paling banyak diakses. Temuan ini menunjukkan prevalensi Nomophobia yang tinggi di kalangan mahasiswa, yang berpotensi berdampak pada kesehatan mental dan keseharian mereka.Dengan pemahaman yang lebih jelas mengenai gambaran Nomophobia di kalangan mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat untuk merancang intervensi yang lebih tepat guna mengatasi masalah ini. Kata Kunci: nomophobia, kesehatan mental, smartphone, mahasiswa |
Pendahuluan
Nomophobia, atau "no versatile phone fear," merujuk pada ketergantungan berlebihan pada ponsel yang menyebabkan kecemasan dan stres ketika ponsel tidak dapat diakses. Fenomena ini semakin meluas seiring dengan perkembangan teknologi advanced, terutama di kalangan mahasiswa, yang menghadapi tekanan akademik dan sosial yang tinggi. Di tengah tuntutan kehidupan kampus, mahasiswa seringkali menggunakan ponsel sebagai sarana untuk mengatasi stres dan kecemasan. Penggunaan ponsel yang tidak terkendali dapat menambah kecemasan yang akhirnya memperburuk keadaan emosional dan kesehatan mental mereka. Hal ini menjadi masalah signifikan yang perlu diteliti lebih lanjut, terutama di lingkungan akademik seperti di Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar, di mana mahasiswa menghadapi tuntutan akademik yang cukup besar.
Peningkatan penggunaan ponsel pintar dapat dikaitkan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan kebutuhan manusia akan informasi yang cepat dan mudah diakses. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup manusia secara signifikan, termasuk kesehatan mental dan fisik, kemampuan produktivitas, dan hubungan interpersonal. Oleh karena itu, pemahaman tentang latar belakang terjadinya nomophobia dan faktor-faktor yang memengaruhinya menjadi penting untuk mengembangkan strategi intervensi dan pencegahan yang lebih efektif. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya nomophobia diantaranya karakteristik responden, self control, fear of missing out, konsentrasi belajar dan kesepian (Dewi and Putri 2023).
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, prevalensi nomophobia terjadi hampir di seluruh dunia di berbagai kalangan, baik mahasiswa maupun anak sekolah. Prevalensi ini bervariasi berdasarkan lokasi, kelompok usia, dan jenis kelamin. Jerman memiliki prevalensi terendah (3%) di kalangan mahasiswa, sementara Indonesia memiliki prevalensi nomophobia tertinggi (71%) di kalangan mahasiswa. Selain itu, beberapa faktor juga dapat memengaruhi terjadinya nomophobia, seperti faktor gender, durasi penggunaan ponsel pintar, waktu penggunaan harian, frekuensi pengecekan, serta waktu penggunaan internet seluler harian (Dewi and Putri 2023).
Pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar, tuntutan akademik yang berat, tekanan sosial, dan ekspektasi pribadi menjadi faktor yang relevan. Pemanfaatan ponsel untuk komunikasi, hiburan, dan mencari informasi akademik seringkali menjadi solusi instan dalam menghadapi stres. Namun, penggunaan yang tidak terkendali dapat menimbulkan ketergantungan dan gejala nomophobia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian Nomophobia pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk menggali sejauh mana mahasiswa di jurusan tersebut mengalami ketergantungan berlebihan terhadap ponsel, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan kejadian Nomophobia, seperti stres akademik, durasi penggunaan ponsel, dan karakteristik demografis lainnya. Dengan pemahaman yang lebih jelas mengenai gambaran Nomophobia di kalangan mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat untuk merancang intervensi yang lebih tepat guna mengatasi masalah ini.
Metode
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prevalensi Nomophobia di kalangan mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan didukung oleh berbagai sumber literatur, seperti jurnal, dan artikel yang relevan, untuk memperkuat pembahasan terkait fenomena tersebut. Penelitian ini akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai kejadian Nomophobia serta tingkat ketergantungan mahasiswa terhadap ponsel dalam kehidupan mereka.
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar dalam kurun waktu 3 hari yang dimulai pada tanggal 9 – 11 Desember 2024. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2022 – 2024 Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar yang berjumlah berjumlah 407 mahasiswa. Adapun jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 196 responden. Peneliti menetukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus lemeshow.
Tahapan penelitian dimulai dengan kajian teori dan studi lapangan, merumuskan masalah dan tujuan penelitian, pembuatan kuesioner yang valid dan reliabel , penyebaran kuisioner kepada responden, analisis data melalui pengolahan seperti editing, data entry, pembuatan tabel frekuensi univariat kemudian hasil penelitian diinterpretasikan untuk menarik kesimpulan dan saran.
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang dirancang khusus untuk mengukur kejadian Nomophobia di kalangan mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar. Kuesioner ini mencakup pertanyaan tentang frekuensi penggunaan ponsel, penggunaan fitur ponsel, perasaan cemas atau khawatir saat tidak dapat mengakses ponsel, serta dampaknya terhadap kehidupan akademik dan sosial. Sebelum digunakan, kuesioner diuji validitasnya dengan Corroborative Calculate Investigation (CFA) menggunakan program Lisrel 8.8 untuk memastikan bahwa item-item dalam kuesioner mengukur konstruk Nomophobia secara akurat dan unidimensional. Reliabilitas instrumen juga diuji untuk memastikan konsistensi hasil pengukuran.
Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan distribusi kejadian Nomophobia di kalangan mahasiswa. Tujuan analisis univariat dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan distribusi kejadian Nomophobia di kalangan mahasiswa dengan mengukur persentase responden yang mengalami Nomophobia dan mengelompokkan information berdasarkan kategori yang relevan, seperti jenis kelamin, angkatan, durasi penggunaan smartphone, dan fitur yang withering sering digunakan. Melalui analisis ini, peneliti dapat memahami sejauh mana prevalensi Nomophobia memengaruhi populasi mahasiswa serta faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena tersebut, seperti perbedaan kejadian Nomophobia berdasarkan jenis kelamin dan angkatan, serta hubungan antara durasi penggunaan smartphone dan tingkat ketergantungan pada ponsel. Hasil analisis ini diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dampak penggunaan smartphone terhadap kesehatan mental mahasiswa, yang nantinya dapat menjadi dasar untuk merancang intervensi yang lebih tepat dalam mengatasi masalah Nomophobia di kalangan mahasiswa.
Hasil
Berdasarkan Tabel 1, karakteristik umum responden yang diteliti di Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar menunjukkan bahwa dari 196 responden, mayoritas berusia 17 hingga 20 tahun 171 responden (87,2%), sementara 25 responden (12,8%) berusia 21 hingga 23 tahun. Jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan dengan jumlah 167 responden (85,2%), sedangkan laki-laki hanya 29 responden (14,8%). Mengenai angkatan, 69 responden (35,2%) berasal dari angkatan 2022, 39 responden (19,9%) dari angkatan 2023, dan 88 responden (44,9%) dari angkatan 2024. Untuk durasi penggunaan smartphone, 12 responden (6,1%) menggunakan smartphone kurang dari 3 jam per hari, 56 responden (28,6%) menggunakan smartphone antara 3 hingga 6 jam per hari, 93 responden (47,4%) menggunakan smartphone antara 7 hingga 10 jam per hari, dan 35 responden (17,9%) menggunakan smartphone lebih dari 10 jam per hari. Fitur yang paling sering digunakan adalah media sosial, yang digunakan oleh 167 responden (85,2%), diikuti oleh menonton (24 responden, 12,2%), dan mendengarkan musik (4 responden, 2%). Dalam hal media sosial, 53 responden (27%) paling sering menggunakan Instagram, 71 responden (36,2%) menggunakan WhatsApp, 18 responden (9,2%) menggunakan YouTube, dan 58 responden (24,5%) menggunakan TikTok, sementara 6 responden (3,1%) menggunakan media sosial lainnya seperti Netflix, Al-Qur'an Pro, dan Google.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Umum Responden di Jurusan Kesehatan Masyarakat Masyarakat UIN Alauddin Makassar
Karakteristik | n (196) | (100%) |
Umur 17 – 20 tahun 21 – 23 tahun | 171 25 | 87,2 12,8 |
Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan | 29 167 | 14,8 85,2 |
Angkatan di Jurusan 2022 2023 2024 | 69 39 88 | 35,2 19,9 44,9 |
Durasi Penggunaan Smartphone < 3> 3 – 6 jam 7 – 10 jam > 10 jam | 12 56 93 35 | 6,1 28,6 47,4 17,9 |
Fitur yang Paling Sering Digunakan Media Sosial Menonton Mendengarkan Musik Lainnya (Menonton video masak) | 167 24 4 1 | 85,2 12,2 2 0,5 |
Media Sosial yang Paling Sering Digunakan Instagram WhatsApp Youtube Toktok Lainnya (Netflix, Al-Qur’an Pro, Google) | 53 71 18 58 6 | 27 36,2 9,2 24,5 3,1 |
Sumber: Data Primer 2024
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian Nomophobia di Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar
Kejadian Nomophobia | n (196) | (100%) |
Ya Tidak | 149 47 | 76 24 |
Sumber: Data Primer 2024
Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengalami Nomophobia, dengan 149 responden (76%) melaporkan mengalami kecemasan atau ketergantungan terhadap ponsel. Sementara itu, 47 responden (24%) tidak mengalami Nomophobia. Hasil ini mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswa di jurusan tersebut menghadapi kecemasan yang terkait dengan ketergantungan pada perangkat ponsel, yang dapat berdampak pada keseharian mereka, baik dalam aspek akademik maupun sosial.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Alauddin Makassar yang menggunakan smartphone paling banyak berada pada usia yang lebih muda dan merupakan kelompok usia rentan terhadap fenomena nomophobia hal ini seiring dengan meningkatnya ketergantungan terhadap teknologi digital dan smartphone pada mahasiswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fadhilah, Hayati, and Bashori 2021) yang menunjukkan bahwa pengguna smartphone cenderung lebih banyak berasal dari kelompok usia muda, dengan intensitas penggunaan yang tinggi untuk tujuan komunikasi, hiburan, dan informasi. Meskipun ada perbedaan dalam pola penggunaan antara usia muda dan tua, kelompok usia muda terbukti lebih terhubung secara computerized dan lebih bergantung pada teknologi untuk berbagai aspek kehidupan.
Selanjutnya dalam penelitian ini menunjukka bahwa mayoritas responden adalah perempuan (85,2%), sementara laki-laki hanya 14,8%. Temuan ini menggambarkan bahwa perempuan cenderung lebih banyak menggunakan smartphone dibandingkan dengan laki-laki dalam konteks ini. Penelitian ini juga bertolak belakang dengan peneltian yang dialkukan oleh (Siron, Nurrahma, and Salsabila 2021) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan adiksi gadget ditinjau dari jenis kelamin. Laki-laki memiliki nilai rata-rata kecenderungan adiksi gadget lebih tinggi yaitu sebesar 51.53 dibandingkan siswa perempuan sebesar 47.62. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mawarpury et al. 2020) yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi p = 0,754 (p < 0>
Distribusi angkatan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 69 responden (35,2%) berasal dari angkatan 2022, 39 responden (19,9%) dari angkatan 2023, dan 88 responden (44,9%) berasal dari angkatan 2024. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berasal dari angkatan terbaru (2024), yang mencerminkan kecenderungan mahasiswa baru lebih aktif dalam menggunakan teknologi digital dan media sosial untuk mendukung kegiatan akademik dan sosial mereka.
Hasil penelitian ini juga menujukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan smartphone dalam durasi 7 hingga 10 jam per hari, dengan jumlah 93 orang (47,4%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa sangat tergantung pada perangkat ini, yang kemungkinan berkaitan dengan kebutuhan akademik, komunikasi, serta hiburan. Durasi penggunaan smartphone yang panjang ini juga mencerminkan kecenderungan penggunaan yang lebih intensif, baik untuk keperluan belajar maupun aktivitas sosial. Selain itu, 56 responden (28,6%) melaporkan menggunakan smartphone antara 3 hingga 6 jam per hari, dan 35 responden (17,9%) menghabiskan lebih dari 10 jam sehari untuk menggunakan smartphone. Hanya 12 responden (6,1%) yang menggunakan smartphone kurang dari 3 jam per hari, yang bisa menunjukkan bahwa mereka lebih memilih aktivitas offline atau tidak terlalu bergantung pada perangkat ini.
Durasi penggunaan yang lebih panjang ini bisa berhubungan dengan berbagai faktor, termasuk kegiatan akademik, hal ini sejalan dengan jawaban respoden pada kuisioner yang mengungkapkan bahwa smartphone sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-harinya. Rata-rata dari mereka menjawab bahwa smartphone dapat mengubah hari-harinya karena adanya smartphone dapat mempermudah akses informasi yang beragam, mempermudah dalam mengerjakan sesuatu seperti mengerjakan tugas, mempermudah komunikasi, serta sebagai hiburan ketika sedang bosan atau sedang banyak beban. Namun, beberapa dari mereka juga menambahkan bahwa dalam penggunaan smartphone yang semakin canggih tersebut, tentunya harus bijak, sehingga dampak negatif yang mungkin terjadi dapat dihindari. Tidak bisa dipungkiri jika smartphone kini susah lepas dari kehidupan sehari-hari mahasiswa, karena nyatanya smartphone juga menjadi salah satu media utama yang digunakan dalam proses perkuliahan. berdasarkan survei yang didapat, sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka merasa paling membutuhkan smartphone ketika sedang mengerjakan tugas, mengakses berbagai informasi, berkomunikasi dengan orang lain, serta sebagai pelarian ketika sedang bosan dan lelah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa salah satu faktor kejadian nomophobia yang terjadi pada mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat UIN Alauddin adalah karena kebiasaan penggunaan smartphone >3 jam perhari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Alini, Meisyalla, and Novrika 2022) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden (88, 9%) durasi penggunaan smartphone > 4jam, dan sebagian responden (42%) mengalami nomophobia sedang.
Hasil penelitian ini juga menunjjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa di Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar menggunakan fitur media sosial sebagai aktivitas utama di smartphone mereka, dengan 85,2% responden (167 dari 196) melaporkan menggunakan media sosial secara aktif. Penggunaan media sosial yang dominan ini mencerminkan peran penting platform-platform advanced dalam kehidupan sosial mahasiswa, baik untuk berkomunikasi, mendapatkan informasi, maupun sebagai sarana hiburan. Salah satu aplikasi yang withering sering digunakan adalah WhatsApp, yang diakses oleh 36,2% responden (71 dari 196). Aplikasi ini menjadi pilihan utama karena kemudahan komunikasi yang ditawarkan, baik dalam bentuk pesan teks, panggilan suara, maupun video, yang memungkinkan mahasiswa untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan kolega, bahkan dalam situasi yang sibuk atau terbatas oleh jarak.
Namun, tingginya penggunaan media sosial dan aplikasi seperti WhatsApp juga dapat berkontribusi pada fenomena Nomophobia, di mana mahasiswa merasa terikat secara emosional dengan perangkat ponsel mereka. Ketergantungan yang tinggi terhadap aplikasi-aplikasi ini bisa menyebabkan rasa cemas ketika ponsel tidak tersedia atau tidak dapat diakses, sehingga meningkatkan tingkat kecemasan. Hal ini berpotensi mengganggu keseimbangan antara interaksi sosial secara langsung dengan kehidupan maya yang terjadi di dunia computerized. Penggunaan media sosial yang berlebihan, jika tidak dikelola dengan bijak, dapat berdampak pada kesehatan mental mahasiswa, meningkatkan stres, kecemasan, bahkan mengurangi kualitas tidur.
Simpulan
Berdasarkan temuan yang diperoleh, disarankan kepada pihak universitas untuk melakukan sosialisasi dan kampanye mengenai penggunaan smartphone yang sehat dan terkontrol, agar mahasiswa dapat memahami dampak negatif dari ketergantungan ponsel terhadap kesehatan mental mereka. Pihak fakultas dan dosen juga sebaiknya memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan mental mahasiswa, dengan memperkenalkan teknik pengelolaan stres dan kecemasan yang lebih efektif. Pemerintah daerah maupun pusat perlu mempertimbangkan kebijakan yang mendukung kesadaran tentang pentingnya keseimbangan dalam penggunaan teknologi, terutama bagi generasi muda yang terpapar langsung dengan berbagai tekanan sosial dan akademik. Penelitian lebih lanjut mengenai Nomophobia perlu dilakukan dengan melibatkan sampel yang lebih luas dan variabel lain, seperti faktor sosial ekonomi dan pengaruh lingkungan, untuk menggali lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Nomophobia di kalangan mahasiswa. Peneliti lain juga dapat mengembangkan intervensi berbasis teknologi untuk membantu mahasiswa mengelola kecemasan yang timbul akibat ketergantungan pada perangkat computerized.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar atas dukungan dan penyediaan data sekunder jumlah mahasiswa yang sangat berguna dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh responden yang dengan sukarela bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini, tanpa partisipasidaro responden, penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar. Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Diah Ihwana Ansyar, dosen mata kuliah, yang telah memberikan bimbingan dan dukungan yang berharga selama proses penelitian ini.
Konflik kepentingan
Penulis mengonfirmasi bahwa semua teks, gambar, dan tabel dalam karya naskah yang dikirimkan adalah karya asli yang dibuat oleh penulis dan bebas dari konflik kepentingan, baik secara profesional, keuangan, maupun pribadi. Penulis tidak memiliki hubungan finansial, komersial, atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi objektivitas atau integritas hasil penelitian ini. Dengan demikian, penulis memastikan bahwa penelitian ini dilakukan tanpa adanya pengaruh yang tidak semestinya yang dapat memengaruhi proses dan hasil penelitian.
Daftar Pustaka
Alini, Alini, Langen Nidhana Meisyalla, and Bri Novrika. 2022. “Studi Kecemasan Remaja Terhadap No Mobile Phone Phobia (Nomophobia) Di Sma Negeri 1 Kuantan Mudik Lubuk Jambi.” Jurnal Ners 6(2): 158–62. http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners.
Dewi, Vivianti, and Triyana Harlia Putri. 2023. “Studi Literatur: Nomophobia Pada Mahasiswa Indonesia.” Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan … 11(4): 917–28.
Fadhilah, Labbaika, Elli Nur Hayati, and Khoiruddin Bashori. 2021. “Nomophobia Di Kalangan Remaja.” Jurnal Diversita 7(1): 21–29. doi:10.31289/diversita.v7i1.4487.
Mawarpury, Marty -, Syanti Maulina, Syarifah Faradina, and Afriani Afriani. 2020. “Kecenderungan Adiksi Smartphone Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Usia.” Psikoislamedia?: Jurnal Psikologi 5(1): 24. doi:10.22373/psikoislamedia.v5i1.6252.
Siron, Yubaedi, Isti Fajriah Nurrahma, and Anbar Salsabila. 2021. . “. Volume 19 Nomer 01 Tahun 2021x, July Xxxx, Pp. 1~5.” 19: 65–78.
Tri Bayu Pamungkas. 2022. “Kecendrungan Nomophobia Ditinjau Dari Jenis Kelamin Pada Remaja Di Kota Bukittinggi.” Happiness, Journal of Psychology and Islamic Science 5(1): 90–99. doi:10.30762/happiness.v5i1.376.