Ikhtiar dan Tawakkal : Kunci Memperpanjang Harapan Hidup Penyintas Kanker Payudara
(Sebuah refleksi menyambut Bulan kanker Payudara Sedunia)
Sitti Raodhah*)
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker yang menyerang pada wanita selain kanker serviks dan peningkatan kasusnya sangat meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Data WHO menunjukkan Dari 19,3 juta kasus kanker di dunia, penyakit yang paling banyak diderita adalah kanker payudara sebanyak 11,7 persen dengan sebaran terttinggi di Asia yaitu sebesar 49,3%. Di Indonesia, Globocan 2020 menyebutkan ada 396.914 kasus kanker dengan tingkat kematian 145 jiwa per 100.000 penderita. Yang tertinggi adalah kanker payudara sebanyak 65.858 kasus.
Dalam rangka deteksi dini kanker payudara, Kementerian Kesehatan telah mencanangkan program SADARI (periksa payudara sendiri). SADARI terbukti efektif dalam penemuan kasus dini kanker payudara untuk menghentikan penyebaran sel kanker menuju stadium yang lebih tinggi.
Berdasarkan diskusi dengan peer group penyintas kanker payudara dan dokter onkologi yang menangani kanker payudara saya, sebenarnya penderita kanker payudara itu rata rata mengunjungi pelayanan kesehatan baik fasilitas kesehatan tngkat pertama maupun fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit) pada saat merasakan ada gejala awal kanker payudara seperti ada massa padat di payudar, keluar cairan bening dari putting payudara dan pembengkakan. Namun setelah dilakukan pemeriksaan baik itu dengan biopsi dan hasilnya ganas lalu dokter merekomendasikan untuk mastektomi maka mereka memutuskan untuk berhenti ditangani dan beralih ke pengobatan alternatif. Mereka dating Kembali untuk ditangani setelah gejalaa parah muncul seperti munculnya luka pada payudara.
Pendapat saya dengan fenomena ini bahwa deteksi dini kanker payudara bukan penentu survivenya penyintas kanker payudara tetapi yang lebih utama adalah penerimaan atas vonis kanker payudara itu sendiri. Penerimaan atas rekomendasi bahwa mastektomi harus dilaukan untuk memutus mata rantai penyebaran kanker pada organ lain di tubuh seperti paru-paru, tulang belakang.
Mastektomi bagi sebagian perempuan yang divonis kanker payudara adalah dilemma. Positifnya adalah mastektomi dapat menghambat penyebaran sel kanker karena payudara tyang terdapat jaringan kanker sudah diangkat dan untuk memastikan bahwa sel kanker tidak akan menyebar lagi maka dilakukan terapi radiasi, kemoterapi dan hormonal. Ini tergantung dari pemicu kankernya berdasarkan pemeriksaan IHK. Tetapi di sisi lain, dan harus diakui bahwa payudara merupakan organ seksual bagi perempuan, salah satu sumber percaya diri dan penunjang estetika penampilan. Kehilangan payudara satu atau keduanya akan mengnurunkan bahkan menghilangkan rasa percaya diri bagi sebagian perempuang.Saya berasumsi inilah akar masalah dari tingginya kematian akibat kanker payudara.
Oktober 2022 merupakan bulan kanker payudara dengan tema “never stop hoping” saya ingin menginspirasi bahwa meskipun telah divonis dan berstatus penyintas kanker payudara kita hendaknya tidak putus harapan dalam menjalankan terapi yang dianjurkan mengingat panjangnya durasi waktu terapi untuk penyintas kanker payudara tentu saja sebagai manusia biasa akan merasakan bosan dan Lelah. Kepatuhan dan kesungguhan menjalankan terapi akan berdampak relapsnya atau beristirahatnya atau berkurangnya sel kanker dalam tubuh yang pada akhirnya menjadikan penyintas kanker payudara menjadi survive. Allah telah menjanjikan dalam suraj An-Najm ayat 39 yang berbunyi:
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Artinya
"Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," (QS. An-Najm [53]: 39).
Terapi kanker payudara sebagai ikhtiar tidaklah efektif jika tidak disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT karena .tawakkal akan menimbulkan rasa ketenangan pada diri sendiri serta menghilangkan kekhawatiran akan aktifnya Kembali sel kanker dan dekatnya kematian yang pada akhirnya melahirkan semangat untuk survive sebagai penyintas kanker payudara. Sebagaimana yang Rasululah Muhammad SAW dalam hadist yang diriwayatkan Ibnu Majjah bersabda yang artinya:
“Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki terhadap burung, ia pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang. (H.R. Ibnu Ma’jah dari Tamim al-Jaisya)”
Survive bagi seorang penyintas kanker payudara adalah rezeki yang merupakan bonus dari ikhtiar dan tawakal dari Allah SWT sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.. Wallahu a’lam bissawab.
*) Penulis adalah dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar yang juga penyintas kanker payudara.