Oleh : Yessy Kurniati, SKM, M.Kes
Dosen Peminatan PKIP
Pandemi Covid-19 telah
merubah banyak aspek kehidupan di masyarakat, salah satunya adalah pendidikan.
Selama berlangsunganya covid 19, pembelajaran dilakukan secara online
Selama 2 tahun pandemic
Covid-19, pembelajaran berlangsung secara daring. Namun perlahan dengan mulai
terkendalinya pandemi, maka proses pembelajaran secara bertahap kembali normal.
Namun dengan kondisi menjaga protocol kesehatan. PTM sendiri adalah kebijakan
yang dilaksanakan pada satuan pendidikan yang tertuang dalam SKB Empat Menteri
tentang Panduan Penyelenggaraan pembelajaran di masa Pandemi Covid 19 yang akan
dilaksanakan melalui 2 fase, yaitu masa transisi dan masa kebiasaan baru. PTM
pada masa transisi akan berlangsung selama dua bulan sejak dimulainya PTM di
satuan pendidikan. Setelah masa transisi selesai maka PTM memasuki masa
kebiasaan baru (new normal)
Pada prosesnya,
pelaksanaan PTM tidaklah mudah. Akan bermunculan berbagai macam masalah,
seperti tidak tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung layanan
kesehatan, keselamatan warga satuan pendidikan, pengaturan fasilitas tempat
belajar, pengaturan jumlah peserta didik dan durasi waktu setiap pelajaran per
hari. Satuan pendidikan dapat menyiapkan beberapa alternative PTM yang akhirnya
akan terpilih sebagai bentuk PTM yang sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah
dan tetap menerapkan protocol kesehatan
Berdasarkan Peraturan
menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa perencanaan pembelajaran tatap muka
perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu melakukan vaksinasi kepada
seluruh pendidik dan tenaga kependidikan, meningkatkan imun peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan serta mempersiapkan sarana dan prasarana yang
sesuai protocol kesehatan. Namun demikian, sebelum diterapkannya pelaksanaan PTM,
Kemendikbud telah mensosialisasikan dan menerbitkan buku panduan pembelajaran
masa pandemi
Dalam pelaksanaan
pembelajaran tatap muka ini juga perlu menerapkan prinsip kehati-hatian karena
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan warga di sekolah, sehingga
penggunaan protocol kesehatan wajib diterapkan secara ketat sesuai dengan
aturan PTM. PTM harus dilaksanakan dengan pembatasan jumlah peserta didik dalam
kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan system rotasi dan kapasitas 50%
dari jumlah siswa pada normalnya, harus ada persetujuan orang tua siswa,
penerapan protokol kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan
vaksinasi hingga sarana dan prsarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan
tersedia dan memadai
Giovanella menyatakan bahwa
guru memiliki persepsi positif tentang pembelajaran tatap muka dan diperlukan
persiapan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, persepsi guru pada
pembelajaran tatap muka sangat penting untuk memfasilitasi lingkungan dalam
pembelajaran tatap muka yang efektif serta untuk memahami manfaat dan hambatan
implementasinya
Penelitian yang
dilakukan di SDK Ende 8 dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif
terhadap 3 orang guru pada kelas 1 SD menemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran
tatap muka terbatas dapat dilaksanakan dengan baik dan sistematis serta
perencanaan yang matang dengan mematuhi protocol kesehatan. Guru melaksanakan
proses belajar mengajar di kelas sesuai dengan RPP yang disusun serta
disesuaikan dengan kondisi new normal, pelaksanaan dengan cara memadatkan
materi, menyampaikan poin-poin penting serta mempertegas pada penyelesaian
soal, evaluasi dilakukan dengan ulangan harian, penilaian tengah semester dan
penilaian akhir semester
Penelitian yang
dilakukan di MTSn Daarutholibin menggunakan desain mixed method terhadap 35 orang guru, siswa dan orang tua, menemukan
bahwa 85,7% orang tua menyatakan sangat setuju, 84% guru menyatakan sangat setuju dan 74,3% siswa menyatakan
setuju dengan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah
Penelitian yang
dilakukan di SMP Negeri 26 Surabaya yang dilakukan dengan metode kualitatif
dengan jumlah responden 20 orang guru mata pelajaran yang aktif mengajar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa guru merasa lebih mudah menyampaikan materi
pembelajaran, siswa sangat antusias dan aktif dalam pembelajaran serta siswa
merasa nyaman dengan pembelajaran tatap muka
Penelitian yang
dilakukan di SMA Kristeni Rantepao
menunjukkan bahwa tatap muka terbatas terasa tidak efektif karena dari segi
waktu yang hanya 60 menit per bidang studi. Dengan waktu yang sangat terbatas
tersebut harus dimanfaatkan secara maksimal oleh guru dalam menjelaskan
materi-materi ajar dan berinteraksi dengan siswa di dalam kelas
Penelitian tentang
Dinamika Pembelajaran Tatap muka terbatas di kalangan mahasiswa yang dilakukan
oleh Fifit Fitriansya di Universitas Bina Sarana Informatika, Jakarta, pada
tahun 2021, menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan beberapa metode
yaitu studi pustaka, observasi serta wawancara kepada dosen dan mahasiswa.
Penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat perbedaan pilihan dimana pada kelas pertama sebanyak 80%
memilih pembelajaran tatap muka, sementara pada kelas kedua sebanyak 71%
memilih non tatap muka. Ini menunjukkan bahwa pemberlakukan pembelajaran tatap
muka masih menjadi polemic di kalangan mahasiswa