Oleh : Yessy Kurniati, SKM, M.Kes
Dosen peminatan PKIP
Setelah
persalinan, ibu biasanya akan mengalami gejala kecemasan. Gangguan ini, menurut
DSM IV terbagi menjadi 3 bentuk berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu postpartum
blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Postpartum blues biasanya
terjadi pada hari 1-10 pasca persalinan, hanya bersifat sementara dan biasanya
akan berangsur-angsur menghilang dengan sendirinya. Gejala postpartum blues
adalah rasa merah, mudah menangis, sedih, nafsu makan menurun dan sulit tidur.
Namun postpartum blues ini masih dianggap kondisi yang normal terkait dengan
adaptasi psikologis pasca persalinan. Depresi postpartum merupakan postpartum
blues yang menetap setelah 10 hari. Biasanya terjadi bahkan sampai 6 bulan
pasca persalinan. Gejalanya lebih berat dari postpartum blues, seperti
kehilangan harapan, kesedihan, mudah menagis, tersinggung, mudah marah,
menyalahkan diri sendiri, kehilangan energy dan nafsu makan, berat badan
menurun, imsomnia, sakit kepala yang hebat, kehilangan minat untuk berhubungan
intim dan kadang muncul keinginan bunuh diri
Sedangkan
psikosis adalah bentuk depresi yang paling berat. Pada tahapan ini ibu berada
dalam kondisi bahaya dan membahayakan. Ia tak segan melukai dirinya sendiri
bahkan anak-anaknya. Psikosis biasanya disertai dengan munculnya halusinasi dan
delusi pada ibu. Sehingga ibu sulit untuk mengendalikan dirinya. Bisa jadi
penyebab kekerasan ibu pada anak-anaknya akhir-akhir ini adalah karena ibu
menderita psikosis.
Lantas apa
yang menyebabkan seorang ibu menderita depresi? Penyebabnya bisa bermacam-macam
factor, yang secara sederhana dibedakan menjadi factor biologi dan factor
social psikologi. Faktor biologi yang menyebabkan terjadinya depresi pada ibu,
seperti defisiensi zat gizi dan ketidakseimbangan metabolic, penurunan kadar
hormone kehamilan yang berlangsung secara cepat, terjadinya alterasi pada
mekanisme HPA Axis dan terjadinya penurunan kadar neurotransmitter, seperti
serotonin.Faktor social psikologi yang menyebabkan depresi pada ibu adalah stress,
kurangnya dukungan dari suami dan keluarga, mengalami persalinan yang sulit,
memiliki sifat perfeksionis, serta kekecewaan dalam perkawinan.
Berdasarkan
penelitian yang kami lakukan, salah satu factor yang signifikan dan cenderung
konsisten pada berbagai studi adalah dukungan suami. Suami memiliki peran kunci
dalam mencegah dan memulihkan istrinya dari kejadian depresi. Studi yang kami
lakukan, menemukan bahwa kejadian postpartum blues lebih tinggi pada responden yang tidak mendapat dukungan suami
yaitu 75%. Sebuah studi bahkan menemukan, bahwa ayah ASI dapat mencegah
terjadinya postpartum blues pada ibu
Mengapa ibu postpartum membutuhkan dukungan
suaminya? Menjadi seorang ibu baru adalah tugas yang membutuhkan penyesuaian
diri yang teramat berat. Mengurus bayi yng baru lahir bukanlah hal yang mudah. Ibu perlu menyesuaikan ritme kehidupannya
dengan kehidupan bayinya yang baru lahir. Ibu sulit menikmati istirahat yang
cukup karena pola tidur ibu dan bayi yang berbeda. Bayi baru lahir memang
sering tertidur tetapi biasanya mereka lama tidur di siang hari dan terjaga di
malam hari. Setiap beberapa jam bayi akan terbangun entah karena lapar atau
popoknya basah. Ibu harus siap siaga untuk memenuhi semua kebutuhan bayinya.
Ditambah lagi dengan masalah domestic kerumahtanggaan yang sangat rentan
menyebabkan kelelahan pada ibu. Dukungan dari ayah sangat dibutuhkan oleh ibu
dan juga bayinya. Kebutuhan bayi terhadap sentuhan ayahnya sama besar dengan
kebutuhan bayi tersebut terhadap ibunya
Sayangnya
paradigma dan nilai-nilai yang mendominasi masyarakat kita bahwa urusan bayi
mutlak menjadi urusan ibu. Padahal ayah dan ibu memiliki tugas dan tanggung
jawab yang sama dalam pengasuhan bayi mereka. Bagi para suami, sebagai kepala
keluarga mereka memiliki kewajiban lebih selain sebagai penyedia kesejahteraan
keluarga Para suami diharapkan ikut pula terlibat dalam pengasuhan dan
pendidikan anaknya. Kepedulian yang ditunjukkan oleh suami akan membantu
melindungi ibu dari postpartum blues
dan membantu ibu pulih lebih cepat setelah persalinan. Peran ayah juga sangat
besar dalam menunjang keberhasilan penyusuan. Karena para ibu yang mendapat
dukungan dari suaminya akan terhindar dari kecemasan, sehingga bisa menyusui
dengan lebih baik. Perubahan nilai-nilai keluarga yang cenderung patriarki
menjadi pengasuhan bersama (kemitraan) ternyata membantu mengatasi masalah
kesehatan ibu dan bayinya
Duhai
para ayah, kasihilah istrimu, bukankah dulu engkau meminta dari ayahnya dengan
membawa nama Allah besertamu. Perhatikanlah ia, karena istrimu hanyalah tulang
rusuk yang bengkok. Istrimu serupa gelas-gelas kaca yang rentan pecah lalu
terserak. Jika istrimu bersalah, luruskanlah ia dengan kelembutan. Karena rusuk
yang bengkok itu bisa saja patah jika kau paksa. Bantulah ia mengasuh anakmu.
Karena anak itu adalah milik kalian berdua. Jagalah agar ia tak letih, sebab
jika ia letih berlebihan maka jiwanya pun akan goyah. Kelembutan dan
kesantunanmu pada istrimu akan membuatnya semakin mencintaimu dan juga taat
kepadamu.