Oleh : Agil Kurniawan
NIM: 70200119125
Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Abdullah dan Abu Al Husain, Rasulullah SAW pernah
bersabda “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang diniatkan…”
Dalam hadis
diatas bisa disimpulkan bahwa setiap apa yang kita perbuat, tergantung dari niat setiap invidu,
karena niat merupakan landasan awal setiap orang akan melakukan sesuatu. Seseorang
yang belajar naik sepeda dengan niat agar bisa mengikuti event-event lomba
sepeda, kedepannya pasti kesungguhannya akan berbuah hasil denga apa yang
diharapkannya. Begitupun dengan sesorang belajar naik sepeda dengan niat hanya
untuk belajar mengendarai sepeda, pasti kedepannya akan berhasil mengendarainya.
Salah satu
ulama besar islam yaitu Imam Al-Ghazali pernah menjelaskan bahwa, qalbu
memiliki insting yang disebut dengan al-nur al-ilahiy (cahaya
ketuhanan), dan al-bahsirah al-bathininah (mata batin), yang memancarkan
keimanan dan keyakinan. Bahwa qalbu (hati) diciptakan oleh Allah SWT sesuai
dengan fitrah asalnya dan berkecendrungan menerima keberadaan diriNYA, qalbu
berfungsi sebagai pemandu pengontrol, dan pengendali struktur nafs yang
lainnya. Apabila qalbu ini berfungsi secara normal, dengan motivasi dan
niatan-niatan yang baik, maka kehidupan manusia menjadi baik dengan fitrah
aslinya, berlaku juga dengan sebaliknya, jika niatan-niatan dalam qalbunya
buruk maka kehidupan manusia mengikuti fitrah yang telah diniatkan.
Dari penjelasan
diatas bisa kita simpulkan bahwa jika sesorang dengan niatan yang baik maka
hasil yang akan diperoleh juga, baik begitupun sebaliknya, hal ini juga berlaku
saat mahasiswa melakukan salah satu kewajibannya saat berkuliah yaitu Kuliah
Kerja Nyata (KKN).
Pada masa ini
kebanyakan mahasiswa yang melakukan KKN memiliki niat yang masih kurang tepat,
salah satunya adalah CINLOK atau yang biasa di sebut dengan Cinta Lokasi saat
ber-KKN. Hal ini bukan sepenuhnya salah dari mahasiswa itu sendiri, akan tetapi
kejadian-kejadian KKN sebelumnya yang menumbuhkan motivasi mahasiswa agar
menemukan sang pujaan hatinya di lokasi KKN.
CINLOK sendiri
adalah kondisi dimana mahasiswa saat dilokasi KKN mendapatkan sang pujaan
hatinya karena dalam suatu kondisi saat ber KKN, saat lawan jenis melakukan
kegiatan yang tidak bisa dihindarkan akan melakukan kegiatan Bersama, yang bisa
menimbulkan bibit-bibit cinta kedepannya, mulai dari aktivitas masak bersama
saat di posko, sampai melakukan kegiatan proker (Program Kerja) bersama-sama.
Cinlok saat ber KKN tidak sepenuhnya salah karena bisa menimbulkan semangat
bagi mahasiswa dalam melakukan kegiatan, akan tetapi hal ini juga bisa merusak
tujuan awal mahasiswa saat ber KKN.
Dalam Islam
sendri pacaran merupakan hal yang tidak bisa dibenarkan karena pacaran adalah langkah
awal menuju perzinaan. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surah Al-isra ayat
32: dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan
keji, dan suatu jalan yang buruk.. dari ayat tersebut bisa kita simpulkan bahwa
pacaran merupakan perbuatan yang sangat tidak disukai oleh Allah SWT.
Sebenarnya
banyak hal yang dapat terjadi saat ber KKN, bukan hanya CINLOK saja, akan
tetapi banyak hal yang kurang tepat yang akan di dapatkan mahasiswa saat ber
KKN dikarenakan niat yang sudah tidak benar yang dibawa menuju lokasi KKN.
Oleh karena itu
penulis mengingatkan diri sendiri dan seluruh teman-teman yang sedang ber KKN
untuk meluruskan niat awal melakukan KKN, perbaiki niat untuk semata
mendapatkan berkah ilmu dari Allah SWT dan mendapatkan mengalaman yang luar
biasa dari lokasi KKN. Penulis juga berdoa agar setiap mahasiswa dapat selamat
saat ber KKN dan dihindarkan dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Aamiin
ya rabbal ‘alamin.
Sebelum
menutup, penulis membagikan sebuah hadis dan kunci agar niat selalu dalam
keadaan benar dan selalu dalam bimbingan Allah SWT, Rusulullah SAW pernah
bersabda: “sesungguhnya hati itu benar-benar bisa berkarat seperti berkaratnya
besi. Dikatakan, apa yang dapat membersihkannya?. Beliau bersabda “mengingat
kematian dan membaca Al-qura’an”.